Lesung Bata peninggalan Dhang Hyang Nirarta ditempatkan menjadi satu di Pura desa/ Puseh desa adat Lokasari Loloan Timur.
Kini sudah ada kesepakatan bahwa Pura Lesung Bata akan dipisahkan dari Pura Puseh Desa Adat Lokasari.
Kesepakatan itu juga terjadi setelah Bupati Jembrana, I Nengah Tamba turun tangan menengahi persoalan . Bahkan bupati asal desa Kaliakah itu memastikan perbaikan dan penataan Pura Lesung Bata akan berjalan tahun ini
Dananya dengan memanfaatkan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) dari Kabupaten Badung. Tak tanggung nilai bantuan perbaikan mencapai Rp 3 milyar.
"Hari ini, saya merasa tergerak untuk menyelesaikan masalah di Pura Lesung Bata. Perselisihan ini sudah berlangsung selama hampir 15 tahun, dan kita tidak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut. Dengan anggaran hampir Rp 3 miliar, kami bersama para bendesa adat dan pengempon siap membangun kembali pura ini,” ujar Bupati Tamba saat sosialisasi penataan Pura Lesung Bata pada Jumat (16/8/2024), didampingi oleh Kadis PUPR PKP Jembrana, I Wayan Sudiarta.
Bupati juga menambahkan Pura Lesung Bata yang memiliki nilai sejarah sebagai situs napak tilas Dang Hyang Nirarta. Meskipun disadari sempat timbul persoalan terkait status pura.
Hasil paruman , disepakati bahwa fokus utama saat ini adalah penyelesaian penataan Pura Lesung Bata . Sedangkan penataan Pura Puseh Desa Adat Lokasari yang lokasinya bersebelahan juga tidak ditinggalkan , akan diperbaiki pada tahun 2025.
Penataan Pura Lesung Bata sendiri akan menggunakan BKK dari Kabupaten Badung. Pembangunan yang direncanakan meliputi Bale Pesandekan, Bale Piyasan, Bale Banten, Pepelik, Penglurah, Tugu, serta pekerjaan penyengker, lanskap, dan penataan halaman.
"Jadi sudah mulai dikerjakan perbaikan pura Lesung Bata ini ," jelas Bupati Tamba.
Sementara Bendesa Adat Lokasari, I Nengah Mahadiarta, menyampaikan apresiasi atas langkah Bupati Tamba dalam menyelesaikan permasalahan yang telah lama menjadi sumber dinamika perselisihan antar krama desa. “Dengan bantuan Bapak Bupati, persoalan ini akhirnya dapat terselesaikan. Astungkara, Pura Lesung Bata kini berdiri sendiri dan terpisah dari Pura Puseh,” ujarnya.
Mahadiarta juga mengungkapkan tantangan yang dihadapi oleh umat di desa adatnya, di mana populasi umat kini hanya tersisa 15 persen dari total penduduk. “Dengan kondisi kami yang kecil, membangun pura dengan anggaran di atas Rp 100 juta saja sudah sangat sulit. Syukur, dengan anggaran Rp 3 miliar dari Bapak Bupati, persoalan ini dapat terselesaikan,” paparnya.
Hal senada disampaikan Bendesa Adat Batuagung, Ida Bagus Mudiastika, juga turut berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Bupati Tamba. Ia berharap Pura Lesung Bata dapat kembali menjadi tempat suci yang dikelola dengan baik oleh para pengempon dari empat desa adat. “Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Bupati yang telah membantu meringankan beban krama serta memisahkan Pura Lesung Bata dari Pura Puseh Lokasari. Astungkara, beban krama dapat teratasi dengan bantuan ini,” ujarnya. (Adi/Hmsj/Red).