masukkan script iklan disini
Kecintaannya pada dunia pertanian bermula sejak 2019. Awalnya, Coco tertarik dengan bonsai dari jenis waru dan anting putri. Namun, rasa penasarannya terus berkembang hingga akhirnya ia mendalami tanaman pangan seperti padi, sayuran, cabai, pare, bawang merah, dan berbagai jenis tanaman lainnya.
"Saya suka bertani karena ada kepuasan tersendiri melihat pertumbuhan tanaman. Rasanya seperti merawat anak sendiri," ujar Coco sambil terkekeh.
Tak hanya belajar pertanian, selama seminggu di Gunungkidul, Coco juga ingin mengeksplorasi situs-situs bersejarah serta mengunjungi sanggar budaya untuk memahami lebih dalam kearifan lokal dan upaya pelestariannya.
Kehadiran Coco mendapat sambutan hangat dari komunitas Petani Punk Gunungkidul. Patrisna, yang akrab disapa Mas Sibagz, mengapresiasi semangat Coco yang rela menempuh perjalanan jauh demi memperdalam ilmu pertanian.
"Terima kasih Mas Coco sudah datang dan berdiskusi bersama kami, Petani Punk Gunungkidul, tentang pertanian, pelestarian budaya, serta perlindungan situs dan cagar budaya di Gunungkidul," ujarnya.
Coco tidak hanya belajar dari Petani Punk Kalngan, Karangmojo, tetapi juga berkesempatan berkunjung ke Sanggar Lumbung Kaweruh Petir di Rongkop yang dikelola oleh Mas Ribut.
Kabar tentang kunjungan Coco sampai ke telinga Wakil Bupati Gunungkidul, Heri Susanto. Ia mengaku bangga dan mengapresiasi semangat anak-anak muda, khususnya dari komunitas punk, yang tidak malu bertani.
"Tentu ini sangat membanggakan. Anak-anak muda dari komunitas punk datang jauh-jauh ke Gunungkidul hanya untuk belajar bertani. Ini patut diapresiasi, karena pertanian adalah sektor vital yang tidak bisa ditunda. Tidak ada satu pun orang di dunia ini yang bisa hidup tanpa hasil jerih payah petani," ungkapnya.
Heri Susanto juga memberikan motivasi kepada para petani muda, termasuk komunitas punk yang mulai melirik dunia pertanian.
"Semangat terus, Petani Punk! Petani itu keren, petani itu hebat, dan petani itu ahli sedekah," tambahnya.
Ia pun mengajak generasi muda Gunungkidul untuk memanfaatkan lahan pekarangan dengan menanam aneka sayuran dan buah guna memenuhi kebutuhan keluarga serta mendukung Program Makan Bergizi Gratis.
Kehadiran Coco di Gunungkidul menjadi bukti bahwa bertani bukan lagi profesi yang dipandang sebelah mata, bahkan di kalangan anak muda dan komunitas punk. Dengan semangat yang ia bawa, diharapkan semakin banyak generasi muda yang tertarik untuk menekuni pertanian, bukan hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai gaya hidup yang berkelanjutan.
Gunungkidul pun semakin dikenal tidak hanya sebagai destinasi wisata alam, tetapi juga sebagai pusat ngangsu kaweruh bagi mereka yang ingin mendalami pertanian dan kearifan lokal.
(Bayu)